ABSTRAK
Makalah ini membahas masalah
Model-model Perkembangan Kurikulum. Di dalamnya
dituangkan pengertian Model-model Perkembangan kurikulum, kemudian di
dalam makalah ini di bahas pula macam-macam, model Perkembangan Kurikulum yang
di pergunakan di sekolah, serta langkah-langkah yang dimiliki atas yang
dipergunakan dalam setiap model-model kurikulum tersebut.
Mengingat
pentingnya kurikulum di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan, maka di
pergunakanlah model kurikulum yang sesuai dengan kondisi dan tempat dimana
sekolah itu berada karena tidak semua model kurikulum itu cocok di semua
sekolah.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Good
(1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi
peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta
lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan
representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada
dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan
sesuatu sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang
bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk
perencanaan untuk kegiatan pengelolaan. Nadler (1988) menjelaskan bahwa model
yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk mengerti dan
memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh. Selanjutnya ia
menjelaskan manfaat model adalah sebagai berikut:
a.
Model
dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia
b.
Model dapat mengintegrasikan
seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian
c.
Model dapat menyederhanakan
suatu proses yang bersifat kompleks
d.
Model dapat digunakan sebagai
pedoman untuk melakukan kegiatan.
B. Rumusan dan Batasan
Masalah
Dari uraian latar
belakang di atas pemakalah ingin memperjelas dengan rumusan dan batasan masalah
sebagai berikut:
1.
Apa pengertian model-model
pengembangan kurikulum?
2.
Ada berapa model
yang dipergunakan dalam pengembangan kurikulum?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian model-model
pengembangan kurikulum
Model adalah
abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, ,
matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan
tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan
demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan
untuk menerjemahkan sesuatu sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau
sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau
sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.
B. Model yang dipergunakan
dalam pengembangan kurikulum
Model adalah
konstruksi yang bersifat teoretis dari konsep. Menurut Robert S. Zain dalam
bukunya: Curriculum Principles and
Foundation berbagai model dalam pengembangan kurikulum secara garis besar
diutarakan sebagai berikut:
a. Model Administratif (Line Staff)
Model
administratif/garis-komando memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Administrator pendidikan/top administrative officers (pemimpin)
membentuk komisi pengarah
b.
Komisi pengarah (steering committee) bertugas merumuskan
rencana umum, mengembangkan prinsip-prinsip sebagai pedoman, dan menyiapkan
suatu pernyataan filosofi dan tujuan-tujuan untuk seluruh wilayah sekolah.
c.
Membentuk komisi kerja
pengembangan kurikulum yang bertugas mengembangkan kurikulum secara operasional
mencakup keseluruhan komponen kurikulum dengan mempertimbangkan landasan dan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
d.
Komisi pengarah memeriksa hasil
kerja dari komisi kerja dan menyempurnakan bagian-bagian tertentu bila dianggap
perlu. Karena pengembangan kurikulum model administratif ini berdasarkan
konsep, inisiatif, dan arahan dari atas ke bawah, maka akan memerlukan waktu
bertahun-tahun agar dapat berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan adanya
tuntutan untuk mempersiapkan para pelaksana kurikulum tersebut.
b. Model dari Bawah (Gross-Roats)
Langkah-langkahnya:
a.
Inisiatif pengembangan
datangnya dari bawah (para pengajar)
b.
Tim pengajar dari beberapa
sekolah ditambah nara
sumber lain dan orang tua peserta didik atau masyarakat luas yang relevan
c.
Pihak atasan memberikan
bimbingan dan dorongan
d.
Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintisnya diadakan
lokakarnya untuk mencari input yang
diperlukan.
c. Model Demonstrasi
Langkah-langkahnya:
a.
Staf pengajar pada suatu sekolah
menemukan suatu ide pengembangan dan ternyata hasilnya dinilai baik
b.
Kemudian hasilnya
disebarluaskan di sekolah sekitar.
d. Model Tyler
Menurut Tyler ada
4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum yitu
a.
Menentukan tujuan
Dalam penyusunan
suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan utama yang
harus dikerjakan. Sebab, tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan. Hendak
dibawa ke manan anak didik? Kemampuan apa yang harus dimiliki anak didik
setelah mengikuti program pendidikan? Semuanya bermuara kepada tujuan.
b.
Menentukan Pengalaman Belajar
Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa. Pertama,
pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan
akan menentukan pengalaman pembelajaran. Kedua, setiap pengalaman belajar harus
memuaskan siswa. Ketika, setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya
melibatkan siswa. Keempat, mungkin dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai
tujuan yang berbeda.
c.
Mengorganisasi
Pengalaman Belajar
Langkah yang ketiga dalam merancang suatu kurikulum adalah
mengorganisasikan pengalaman belajar baik dalam bentuk unit mata pelajaran, maupun
dalam bentuk program. Langkah pengorganisasian ini sangatlah penting, sebab dengan pengorganisasian
yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga
menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.
d.
Evaluasi
Proses evaluasi merupakan langkah yang sangat penting untuk mendapatkan
informasi tentang ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi memegang
peranan yang cukup penting, sebab dengan evaluasi dapat ditentukan apakah
kurikulum yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
sekolah atau belum. Ada dua aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
evaluasi. Pertama, evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan
tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Kedua,
evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu
tertentu.
Ada dua fungsi evaluasi: Pertama, evaluasi digunakan untuk memperoleh data
tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik. Dengan kata lain, bagaimana
tingkat pencapaian tujuan atau tingkat penguasaan isi kurikulum oleh setiap
siswa. Fungsi ini dinamakan sebagai fungsi sumatif. Kedua, untuk melihat efektivitas proses pembelajaran.
Dengan kata lain, apakah progam yang
disusun telah dianggap sempurna atau perlu perbaikan. Fungsi ini kemudian
dinamakan fungsi formatif.
e. Model Taba
Berbeda dengan model yang dikembangkan Tyler, model Taba lebih
menitikberatkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses
perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, dalam model ini dikembangkan
tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh para pengembang kurikulum.
Ada lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Taba ini.
a.
Menghasilkan unit-unit
percobaan (pilot, unit) melalui langkah-langkah:
·
Mendiagnosis kebutuhan. Pada
langkah ini, pengembangan kurikulum memulai dengan menentukan
kebutuhan-kebutuhan siswa.
·
Memformulasikan tujuan. Setelah
kebutuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum
merumuskan tujuan
·
Memilih isi. Pemilihan isi
kurikulum sesuai dengan tujuan merupakan langkah berikutnya.
·
Mengorganisasi
isi. Melalui penyeleksian isi, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukan
itu disusun urutannya.
·
Memilih
pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman belajar
yang harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
·
Mengorganisasi
pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaimana mengemas
pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu ke dalam paket-paket
kegiatan.
·
Menentukan alat evaluasi
prosedur yang harus dilakukan siswa. Pada penentuan alat evaluasi ini guru
dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi
siswa.
·
Menguji keseimbangan isi
kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian antara isi,
pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa.
b.
Menguji coba unit eksperimen
untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan
penggunaannya.
c.
Merevisi dan mengonsolidasikan
unit-unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba.
d.
Mengembangkan keseluruhan
kerangka kurikulum.
e.
Implementasi dan diseminarkan
kurikulum yang telah teruji. Pada tahap ini terakhir ini perlu dipersiapkan
guru-guru melalui penataran-penataran, lokakarya dan lain sebagainya serta
mempersiapkan fasilitas dan alat-alat sesuai dengan tuntutan kurikulum.
f. Model Beauchamp
Beauchamp
mengemukakan ada lima
langkah dalam proses pengembangan kurikulum.
a.
Menetapkan wilayah atau arena
yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum. Wilayah itu bisa terjadi pada
hanya satu sekolah, satu kecamatan, kabupaten, atau mungkin tingkat provinsi
dan tingkat nasional.
b.
Menetapkan orang-orang yang
akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum. Beauchamp, menyarankan untuk
melibatkan seluas-luasnya para tokoh di masyarakat. Orang-orang yang harus
dilibatkan itu terdiri dari para ahli/spesialis kurikulum, para ahli pendidikan
termasuk di dalamnya para guru yang dianggap berpengalaman, para profesional
lain dalam bidang pendidikan (seperti pustakawan, laporan, konsultan pendidikan
dan lain sebagainya), dan para profesional dalam bidang lain beserta para tokoh
masyarakat (para politikus, industriawan, pengusaha, dan lain sebagainya).
c.
Menetapkan prosedur yang akan
ditempuh, yaitu dalam hal merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi
dan pengalaman belajar serta menetapkan evaluasi. Keseluruhan prosedur itu
selanjutnya dapat dibagi dalam lima
langkah:
1)
Membentuk tim pengembang
kurikulum
2)
Melakukan penilaian terhadap
kurikulum yang sedang berjalan
3)
Melakukan studi atau penjajakan
tentang penentuan kurikulum baru
4)
Merumuskan kriteria dan
alternatif pengembangan kurikulum
5)
Menyusun dan menulis kurikulum
yang dikehendaki
d.
Implementasi
kurikulum. Pada tahap ini perlu dipersiapkan secara matang berbagai hal yang
dapat berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap efektivitas
penggunaan kurikulum, seperti pemahaman guru tentang kurikulum itu, sarana atau
fasilitas yang tersedia, manajemen sekolah, dan lain sebagainya.
e.
Melaksanakan evaluasi kurikulum
yang menyangkut:
1)
Evaluasi terhadap pelaksanaan
kurikulum oleh guru-guru di sekolah
2)
Evaluasi terhadap desain
kurikulum
3)
Evaluasi keberhasilan anak
didik
4)
Evaluasi sistem kurikulum
g. Model Wheeler
Wheeler
berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas 5 tahap yakni:
a.
Menentukan tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan yang bersifat normatif yang
mengandung tujuan filosotis (aim)
atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis (goals). Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat
spesifik dan observable (objective) yakni tujuan yang mudah
diukur ketercapaiannya.
b.
Menentukan pengalaman belajar
yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan
dalam langkah pertama.
c.
Menentukan
isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar
d.
Mengorganisasi
atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar
e.
Melakukan
evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
h. Model Nicholls
Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut
Nicholls, yaitu:
a.
Analisis situasi
b.
Menentukan tujuan khusus
c.
Menentukan dan mengorganisasi
isi pelajaran
d.
Menentukan dan mengorganisasi
metode
e.
Evaluasi
i.
Model Dynamic Skilbeck
Menurut Skilbeck langkah-langkah
pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
a.
Menganalisis situasi
b.
Menformulasikan tujuan
c.
Menyusun program
d.
Interpretasi dan implementasi
e.
Monitoring, feedback,
penilaian, dan rekonstruksi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Model adalah abstraksi dunia
nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, matematis, grafis, serta lambang-lambang
lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas
yang dikembangkan dari keadaan
2.
Model adalah abstraksi dunia
nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, matematis, grafis, serta lambang-lambang
lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas
yang dikembangkan dari keadaan
3.
Macam-macam model:
a.
Model Administratif (Line Staff)
b.
Model dari Bawah (Gross-Roats)
c.
Model Demonstrasi
d.
Model Tyler
e.
Model Taba
f.
Model Beauchamp
g. Model Wheeler
h.
Model Nicholls
i.
Model Dynamic Skilbeck
DAFTAR
PUSTAKA
Dakir. H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2004
Ladjid Hafni. H. Pengembangan Kurikulum, PT. Ciputat
Press Group, 2005.
Sanjaya Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:
Kencana, 2008
Terima Kasih atas kunjungan anda. Perbaharui terus artikel, makalah, pendidikan islam dan buku-buku terbaru atau terupdate serta tips dan trik dari pustakazham, pustakaazham.
Tag: Model-Model Pengembangan Kurikulum PAI Pendidikan Agama Islam.
Silahkan masukkan email anda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar